STOP PRESS

MENU

PRESS RELEASE

Minggu, 12 September 2010

SASTRA JAWA

"Basa Iku Busananing Bangsa"


HURUF JAWA

Akankah lenyap ditelan peradaban?

Pada zaman modern ini, puluhan bahasa punah tiap tahunnya. Dan para ahli memprediksi, akhir abad ini hanya 10% bahasa yg msh bertahan.

Menulis dengan aksara Jawa di komputer, , mungkinkah? Bagi anda asli orang Jawa namun tidak bisa menulis abjad Jawa atau Hanacaraka tak perlu khawatair ,karena microsoft Indonesia telah mengembangkan aplikasi hanacaraka .

Aplikasi yang masih dikembangkan ini memungkinkan kita untuk menulis dengan bahasa jawa di komputer dengan menggunakan aplikasi tersebut.

"Tampilan keyboard huruf latin di layar akan berubah menjadi huruf Jawa," ujar Tony sambil mencontohkan tulisan namanya dalam huruf Jawa .












Aplikasi tersebut bernama Microsoft Layout Keyboard Creator, saat ini Microsoft Keyboard Creator hanya tersedia untuk versi 1,4 dan bisa diunduh di situs Microsoft




































PENGARUH INDIA TERHADAP BAHASA JAWA KUNA; PERANAN BAHASA SANSEKERTA





Dalam kurun waktu sepuluh abad pertama dalam penanggalan Masehi, bahasa Sansekerta tidak lagi dipakai dalam bahasa pengantar sehari-hari melainkan dipakai untuk kepentingan peribadatan, sastra keagamaan, dan juga kalangan istana. Asal usul dan bentuk bahasa Sansekerta lebih dekat pada bahasa-bahasa pribumi Indo-Arya. Diduga bahwa kata-kata pinjaman dari India yang masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna memperlihatkan bentuk bahasa pribumi di India. Dalam Jawa Kuna terdapat segelintir kata India yang bukan berasal dari bahasa Sansekerta. Mungkin kata-kata ini masuk dalam bahasa Jawa Kuna lewat bahasa Sansekerta yang telah menampung kata-kata itu beberapa saat lebih dulu.
Bila mengamati kategori-kategori linguistik yang semula merangkum kata-kata pinjaman dari bahasa Sansekerta, hampir semuanya bersifat kata benda dan kata sifat yang bentuknya tidak dideklinasikan. Kata-kata itu nampak dalam bentuk kata-kata majemuk tetapi bukan konstituen akhir , kata-kata kerja tidak dijumpai dalam bentuk konjugasi tetapi hanya kata sifat kerja dalam bentuk lingga. Kesatuan kata-kata itu diserap dalam bahasa yang menerimanya lalu diperlakukan sebagai kata dasar Jawa kuna dan dapat dilengkapi dengan afiks-afiks Jawa Kuna. Unsur-unsur asing dibaurkan ke dalam bahasa Jawa Kuna sedemikian rupa, sehingga susunan dan sifatnya sebagai bahasa Nusantara tetap utuh. Dalam proses meminjam dan mencangkokkan kata-kata dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, bahasa Sansekerta tidak mengalami perubahan fonetis.

Beberapa kata Sansekerta setelah diserap oleh bahasa Jawa Kuna mengalami perubahan dalam arti. Proses perubahan arti ini berjalan tahap demi tahap. Bila sebuah kata asing telah menjadi bagian tetap dari bahasa penerima, maka kata-kata itu ikut serta dalam kehidupan dan perkembangan bahasa penerimanya. Sebagai contoh yaitu kata hima di India berarti ‘embun, beku, cuaca penuh es, salju’ tetapi karena Pulau Jawa beriklim tropis gejala ini tidak dikenal, maka diartikan ‘kabut’. Perubahan-perubahan semantis dalam kata-kata Sansekerta lebih sering terjadi seimbang dengan berkurangnya pengaruh India terhadap bahasa dan kebudayaan Jawa. Bahasa Sansekerta yang demikian dalam dan luas mempengaruhi segala peninggalan tertulis dari zaman Jawa Kuna, baik berupa prasasti maupun sastra, adalah bahasa yang dipakai oleh para pujangga dan orang-orang terpelajar. Di Indonesia, prasasti-prasasti Jawa Kuna yang ditemukan kebanyakan bersifat pragmatis, berkaitan dengan dianugerahkannya sebidang tanah untuk maksud keagamaan, pembebasan dari pajak, dsb. Selain itu, sastra Jawa menyerap pengaruh India dengan suatu cara yang jauh lebih bebas, tanpa kehilangan identitasnya sendiri. Ini mungkin bukti bahwa pengaruh India di Jawa lain daripada negeri-negeri yang mengalami Hinduisasi di daratan Asia Tenggara.

Pegon

Huruf Pegon adalah huruf Arab atau lebih tepat: Tulisan Jawi yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.

Berbeda dengan huruf Jawi, yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal. Jika tidak, maka tidak disebut pegon lagi melainkan gundhul. Bahasa Jawa memiliki kosakata vokal (aksara swara) yang lebih banyak daripada bahasa Melayu sehingga vokal perlu ditulis untuk menghindari kerancuan.

Di bawah ini adalah daftar huruf-huruf pegon. Huruf-huruf yang tidak ada dalam huruf Arab yang sejati, diberi lingkaran.


Huruf-Huruf Pegon


Harkat(Jawa: Sandhangan) Huruf Pegon

Huruf pegon di Jawa terutama dipergunakan oleh kalangan umat Muslim yang taat, terutama di pesantren-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis komentar pada Al-Qur'an, tetapi banyak pula naskah-naskah manuskrip cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam pegon. Misalkan naskah-naskah Serat Yusup.

Bandingkan dengan aksara Korea
, sulit mana menuliskannya?




























Atau dengan Aksara Arab





























Rumeksa Ing Wengi
Sunan Kalijaga

Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
Luputa bilahi kabèh
Jim sètan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawè ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna

Sakèhing lara pan samya bali
Sakèh ngama pan sami miruda
Welas asih panduluné
Sakèhing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakèhing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aèng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamirsaningwang
Dawud suwaraku mangkè
Nabi Brahim nyawaku
Nabi Sleman kasektèn mami
Nabi Yusup rupèng wang
Édris ing rambutku
Bagindha Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar
Singgih
Balung bagindha Ngusman

Sungsumingsun Patimah linuwih
Siti Aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangkè
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Nètraku ya Muhamad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahè para nabi
Dadya sarira tunggal

--------------------------
---

Ada kidung rumeksa ing wengi
Yang menjadikan kuat selamat dari semua penyakit
Terbebas dari segala petaka
Jin dan setan pun tidaj mau
Segala jenis sihir tidak berani
Apalagi perbuatan jahat
Guna-guna tersingkir
Api menjadi air
Pencuri pun menjauh dariku
Segala bahaya akan lenyap

Semua penyakit pulang ke tempat asalnya
Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih
Semua senjata tidak mengena, bagaikan kapuk jatuh di besi
Segenap racun menjadi tawar
Binatang buas menjadi jinak
Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak

Kandangnya semua badak
Meski batu dan laut mengering
Pada akhirnya semua selamat
Sebab badannya selamat
Dikelilingi oleh bidadari
Yang dijaga oleh malaikat
Dan semua rasul
Dalam lindungan Tuhan
Hatiku Adan dan otakku Nabi Sis
Ucapanku ialah Nabi Musa

Napasku Nabi Isa yang amat mulia
Nabi Ya’kub pendengaranku
Nanti Nabi Daud menjadi suaraku
Nabi Ibrahim menjadi nyawaku
Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku
Nabi Yusuf menjadi rupaku
Nabi Idris pada rambutku
Ali sebagai kulitku
Abu Bakar darahku
Dan Umar dagingku
Sedangkan Usman sebagai tulangku

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia
Siti Aminah sebagai kekuatan badanku
Nanti Nabi Ayub ada di dalam ususku
Nabi Nuh di dalam jantungku
Nabi Yunus di dalam ototku
Mataku ialah Nabi Muhammad
Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa
Maka lengkaplah semua rasul
Yang menjadi satu badan

1 komentar: